Asesor Visitasi antara Ekspektasi dan Realita

Saat mendengar kata asesor mungkin bagi sebagian orang akan langsung memiliki persepsi seorang profesional dengan segala kompetensi yang dimilikinya. Persepsi tersebut memang betul adanya bahwa seorang asesor harus memiliki kompetensi yang mumpuni dalam bidangnya, sebab untuk menjadi seorang asesor mereka harus melalui beberapa tes yang diujikan baik kompetensi bersifat kognitif maupun praktik. 

Berdasarkan pengalaman saya ketika mendaftar untuk menjadi seorang asesor saya harus mengikuti ujian tes berkas persyaratan, ujian kompetensi dengan CBT, pelatihan, dan ujian akhir (Praktik & CBT). Rangkaian test tersebutlah yang banyak menyebabkan para peserta berguguran dan tidak bisa berlanjut pada tahapan berikutnya. 

Alhamdulillah saya termasuk orang-orang yang beruntung dapat lulus sebagai seorang asesor BAN-PAUD-PNF Provinsi Lampung pada tahun angkatan 2019. Saya menyadari banyak doa yang teruntai dari orang-orang hebat dalam hidup saya mulai dari guru-guru saya, orang tua, istri, anak, sahabat, tetangga dan peserta didik saya.

Orang jawa mengatakan “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” Pepatah lama yang masih saya gunakan sebagai motivasi hidup saya, sebab saya menyadari tidak ada padi yang langsung menjadi nasi tanpa adanya rangkaian proses yang panjang termasuk menjadi seorang Asesor. 

Ada banyak hal yang tidak saya ketahui sebelumnya, bahwa seorang asesor merupakan sebuah pekerjaan yang sangat membutuhkan keprofesionalan tingkat tinggi, baik dari tindakan, waktu dan tanggung jawabnya. Saat pertama kali saya bertugas sebagai asesor visitasi, dua hari sebelumnya saya telah dihubungi partner asesor dalam bertugas. 

Saya diminta untuk mempersiapkan segala kebutuhan dan persyaratan ketika bertugas nanti, sebagai seorang asesor baru tentu saya bertanya tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum kami berangkat visitasi, agar kegiatan visitasi berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.

Disinilah kemudian saya ketahui bahwa seorang asesor harus cermat, teliti dan mampu bekerja di bawah tekanan, saat pertama kali berangkat visitasi waktu masih menunjukan pukul 03.00 WIB dini hari saya sudah siap standby sebab partner telah menghubungi saya sejak pukul 02.00 WIB yang merupakan asesor dari luar kabupaten. 

Waktu dimana mata sedang asyik memejamkan mata kami (para asesor) harus sudah bersiap untuk berangkat ke lokasi visitasi. Sebab kami (para asesor) harus sudah tiba di lokasi visitasi pada saat semua asesi belum berada di lembaga atau mudahnya dikatakan pukul 06.00 WIB kami sudah harus berada di lokasi visitasi. Jangan tanya tentang sarapan kami dimana ? ha ha ha !

Saat mentari mulai tergelincir guru-guru PAUD mulai hadir di lembaga. Kami sudah siap dengan setumpuk instrumen penilaian ditangan, disusul dengan datangnya anak-anak PAUD di lembaga, wajah-wajah mungil, lucu dan menggemaskan khas anak-anak wajib kami sambut hangat dengan penuh senyuman. 

Ketika pembelajaran dimulai kami fokus mengobservasi dengan teliti dan tak jarang langkah kami tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan permainan yang asyik dalam rangka memberikan penilaian akreditasi. Mata dan tangan kami rasanya enggan berkedip untuk tetap dapat menyaksikan setiap proses pembelajaran yang terjadi pada lembaga tersebut dengan tujuan memberikan penilaian yang objektif.

Waktu semakin siang namun kami masih fokus pada setumpuk instrumen yang belum terceklis sebab akan sangat susah jika ada muatan instrumen yang tertinggal ketika kami sudah pulang dari lokasi visitasi. Wajah lelah guru mulai nampak meskipun tidak pernah dirasa, anak-anak mulai dijemput orang tuanya untuk beraktifitas belajar dan bermain di rumahnya masing-masing, sekolah tampak sepi dan sunyi tanpa suara, celoteh dan tangisan anak-anak. 

Kami para asesor masih tetap fokus pada instrumen penilaian dan SISPENA yang belum terceklis dengan bukti yang sempurna. Meskipun anak-anak sudah pulang Penggalian data masih kami lanjutkan dengan mewawancarai para guru dan tenaga kependidikan pada lembaga tersebut sampai tidak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB dan kami beristirahat untuk shalat dzuhur dan makan siang sampai pukul 13.00 WIB. 

Setelah selesai shalat dan makan, kami masih harus berlanjut membuat catatan temuan pada aplikasi SISPENA disertai dengan penggalian data melalui dokumentasi dan wawancara dengan sumber terkait demi validitas dan kredibilitas data yang kami laporkan hingga waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB yang menandakan kami harus melakukan penutupan dan berpamitan untuk pulang.

Sebelum pulang, tentu kami para asesor membiasakan shalat ashar terlebih dahulu agar tidak terlewatkan mengingat jarak lokasi dengan tempat tinggal atau hotel kami menginap terkadang memakan jarak yang cukup jauh. Sampai disini jangan berpikir tugas kami sudah selesai ya ! ha ha ha !

Pada saat kami berpamitan dari lokasi visitasi dapat dipastikan tugas kami belum selesai, dari pukul 06.00-16.00 WIB kami baru melakukan penggalian data dan bukti fisik sedangkan untuk pelaporan baru dapat kami lakukan di rumah atau hotel kami menginap dengan perjalanan tercepat dari lokasi visitasi biasanya adalah dua jam atau kami akan tiba pukul 18.00 WIB. 

Jika penggalian data tergolong lancar dan signal pada lokasi visitasi mendukung, biasanya kami sudah mencicil untuk melakukan pengisian SISPENA secara online namun jika tidak mendukung, pekerjaan kami akan berlanjut hingga larut malam bahkan sampai pukul 24.00 WIB. Kami harus membuat catatan temuan dengan standar yang sudah ditetapkan serta kami harus mengupload bukti-bukti temuan pada aplikasi SISPENA dengan sangat teliti dan penuh kehati-hatian.

Betapa dibutuhkan badan yang sehat dan jiwa yang semangat untuk menjadi seorang asesor yang bekerja dalam kurun waktu 24 jam untuk satu lembaga yang divisitasi. Belum lagi jika pada saat dilaksanakan validasi kami juga harus Standby mengangkat telpon dari asesor validasi untuk memberikan keterangan tentang data yang telah kami laporkan.

Bahkan sangat mungkin para asesi yang kami visitasi melakukan banding terhadap hasil visitasi yang telah kami lakukan. Para asesor dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi integritas asesor, agar tidak melanggar kode etik yang telah diterapkan guna mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kualitas pendidikan anak indonesia.

Subhanallah…! menjadi asesor adalah pengalaman termahal dalam kehidupan saya, saya memiliki banyak kolega yang luar biasa, saya dapat menjangkau daerah-daerah terpencil, terluar dan terdepan yang selama ini belum ada di dalam benak saya, saya merasa bahagia karena selalu bersama anak-anak yang ceria. Allahu Akbar !!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *