Pendahuluan
Artikel ini saya tulis, bukan untuk mengajak pembaca menjadi orang-orang yang gagal, namun saya ingin mengajak pembaca untuk melihat dari sudut pandang agama islam ketika seseorang bertemu dengan kegagalan yang dihadapi dalam menggapai keinginan atau yang dicita-citakannya.
Istilah guru, saya gunakan dalam judul di atas, juga bukan bermaksud untuk merendahkan harkat martabat dari sebuah profesi guru, namun lebih kepada titik point dari sebuah kegagalan adalah “mengajarkan seseorang” untuk menjadi sukses, karena orang tersebut telah berani memulainya, sebab jika tidak memulainya maka hanya “kegagalan” yang akan menjadi hasil akhirnya.
Sketsa Sukses dari Kegagalan
Sebagai manusia biasa pasti semua orang pernah mengalami kegagalan. Bahkan kita bisa melihat orang-orang hebat yang telah berhasil membangun perusahaan-perusahaan besar dan menjadi orang-orang yang berpengaruh terhadap dunia, ternyata pernah gagal juga.
Sebagai contoh konkrit saudara dapat membaca kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menaklukan kota mekah, kisah perjalanan Nabi Yusuf AS sampai menjadi bendahara Mesir, Colonel Sanders dalam mendirikan KFC, Thomas Alva Edison dalam menemukan bola lampu dan tokoh-tokoh lain yang berhasil memanage kegagalannya hingga berbuah pada kesuksesan besar.
Ibroh Kisah Sukses
Jika kita melihat perjalanan kesuksesan orang-orang yang sukses, ternyata kuncinya terletak pada:
- Mereka ulet dalam mempertahankan tekad dan semangat juangnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Mereka bersahabat dengan kegagalan, sehingga dampak dari kegagalannya tidak akan mampu mematahkan tekad dan semangat juangnya.
- Mereka belajar dari kegagalan yang pernah menimpa mereka, sehingga terobosan inovatif dapat mereka munculkan
- Mereka berani untuk gagal selanjutnya, karena dengan demikian mereka punya mental yang kuat untuk sukses
Empat hal di atas jika telah kita miliki, berarti kita telah selangkah menuju pada sebuah kesuksesan yang kita inginkan.
Kesalahan Orang yang Gagal
Kegagalan adalah suatu keadaan yang telah terjadi dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Ada banyak ekspresi dari orang-orang yang mengalami sebuah kegagalan, baik kegagalan dalam karir, cinta, keluarga dan hal-hal yang lain. Ekspresi kegagalan ini terkadang ditunjukan dengan hal-hal yang berlebihan seperti bunuh diri, mabuk-mabukan, tidak semangat hidup dan lain-lain.
Hakikatnya sebuah kegagalan akan menjadi sangat fatal ketika kita tidak mampu memanage kegagalan tersebut dengan baik. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
- Menganggap kegagalan adalah akhir dari segalanya
- Tidak mau belajar dari kegagalan yang telah diterima
- Putus asa dari tindakan-tindakan inovatif
- Tidak berani melangkah lagi karena takut gagal lagi
Jika keempat hal tersebut tidak dihilangkan dari dalam diri kita, maka sudah pasti, kita akan menjadi orang yang selalu gagal.
Pandangan Islam Terhadap Kegagalan
Sebagai agama yang memiliki tatanan komprehensif, tentu hal-hal pokok seperti “Kegagalan” juga dibahas dalam islam. Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk menjadi orang-orang yang bersabar dan tidak berputus asa ketika menghadapi sebuah kegagalan. Sebagaimana Allah berfirman dalam (QS. Az Zumar {39} : 53-54) berikut:
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Terjemah Kemenag 201953. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.663) Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 663) Semua dosa bisa diampuni Allah Swt., kecuali dosa syirik (lihat surah an-Nisā’/4: 48). 54. Kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak akan ditolong.
Selain itu dalam QS. Yusuf ayat 87 juga disebutkan sebagai berikut:
يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Terjemah Kemenag 201987. Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”
Kemudian dikuatkan dengan hadits berikut:
• [21636] أخبرنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، أَنَّ رَجُلًا كَانَ فِي الْأُمَمِ الْمَاضِيَةِ يَجْتَهِدُ فِي الْعِبَادَةِ، وَيُشَدِّدُ عَلَى نَفْسِهِ، وَيُقَنِّطُ النَّاسَ مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ، ثُمَّ مَاتَ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ مَا لِي عِنْدَكَ؟ قَالَ: النَّار، قَالَ: يَا رَبِّ، فَأَيْنَ عَبَادَتِي وَاجْتِهَادِي؟ فَقِيلَ لَهُ: كُنْتَ تُقَنِّطُ النَّاسَ مَنْ رَحْمَتِي فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أُقَنِّطُكَ الْيَوْمَ مَنْ رَحْمَتِي
Artiya: Dikabarkan kepada kami dari Abdur Razzaq dari ma’mar dari Zaid bin Aslam bahwasannya pada umat terdahulu ada seseorang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan dia bersikeras dalam ibadah untuk dirinya sendiri namun dia memutus orang-orang dari rahmatnya Allah ta’ala kemudian dia meninggal, lantas dia bertanya “Wahai Tuhan apa yang Engkau siapkan untukku dari-Mu?” Allah menjawab “Neraka”, dia bertanya “Wahai Tuhan, lantas dimana ibadahku dan kesungguhanku?” Allah menjawab “Sesungguhnya engkau telah memutus orang-orang dari rahmat-Ku di dunia maka hari ini Aku memutusmu dari rahmat-Ku”.
Tiga dasar di atas rasanya cukup bagi kita untuk menyikapi sebuah kegagalan dengan cara bersabar dan tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sebab islam memandang sebuah kegagalan sebgai ujian kesabaran, keistiqomahan, dan ujian keimanan kepada Allah SWT untuk membentuk kita sebagai seorang muslim yang berkualitas langit.
Berguru Pada Kegagalan
Ada hal besar yang terkadang tidak dilihat oleh orang-orang yang mengalami kegagalan. Apa itu? Belajar dari kegagalan itu sendiri. Orang yang gagal memang cenderung berada pada fase drop, malas, lemas, tidak semangat dan sebagainya.
Hal tersebut sebetulnya adalah hal yang manusiawi, namun ketika hal tersebut dilakukan secara berlebihan justru akan memperburuk keadaan orang yang gagal tersebut. Padahal sebetulnya dari kegagalan tersebut kita bisa mendapatkan banyak hal salah satunya ialah belajar dari kegagalan itu sendiri.
Bagaimana caranya? Caranya ialah sebagai berikut:
1. Kuatkan mental untuk mengakui sebuah kegagalan
Hal ini penting dilakukan agar kita dapat memandang sebuah kegagalan adalah sebuah hal yang wajar terjadi. Dengan demikian kita akan menjadi orang yang tegar, sabar dan kuat sehingga kita dapat berfikir secara jernih.
Ketika kita mampu berpikir jernih maka kita dapat melakukan tindakan-tindakan preventif untuk tidak mengulang kegagalan dan tindakan inovatif untuk menghindari kegagalan yang serupa.
2. Melakukan evaluasi diri terhadap kegagalan yang dialami
Sebuah proses yang baik tanpa evaluasi yang baik tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi sebuah kegagalan? Tentu evaluasi memiliki hukum wajib. Evaluasi terhadap sebuah hasil kegagalan sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan berikutnya.
Kegiatan evaluasi ini menjadi sangat penting, sebab rute yang akan kita tempuh untuk menuju kesuksesan masih berkaitan. Dengan demikian seseorang mampu mengantisipasi atau membuat langkah-langkah yang “ciamik” agar tidak terjerumus pada jalan kegagalan yang sama.
3. Bertindak positif untuk menjemput kesuksesan
Ketika seseorang berhasil melakukan evaluasi terhadap kegagalan yang menimpanya, hal yang harus dilakukan oleh seseorang tersebut ialah melakukan tindakan inovatif untuk menghindari kegagalan serupa.
Bertindak positif sangat identik dengan berfikir sebelum bertindak. Artinya seseorang harus berfikir mendalam terlebih dahulu sebelum melakukan hal yang akan dilakukan. Pada sisi yang lain tindakan positif juga berarti bertindak atau melakukan kegiatan yang tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku.
Bertindak positif bisa dilakukan dengan belajar lagi atau bertanya kepada orang lain yang kompeten dalam bidang yang sedang kita tekuni namun kita masih mengalami kegagalan. Sehingga kita memiliki amunisi baru dalam menjemput kesuksesan yang kita impikan.
4. Mendekatkan diri kepada Allah
Ada banyak rencana dan keinginan yang kita harapkan, namun tetap saja Allah yang menakdirkan sesuatu itu menjadi kenyataan. Hal ini berarti Allah adalah pemegang kunci utama dari kesuksesan seseorang.
Kita sebagai seorang hamba sudah sepatutnya mendekatkan diri kepada sang pemilik takdir, agar apa yang kita rencanakan, kita inginkan dan kita butuhkan senantiasa Allah mudahkan. Meskipun ada sebuah ungkapan “Allah mengabulkan apa yang kau butuhkan dan bukan apa yang kau inginkan”.
Namun dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sudah barang tentu Allah akan senantiasa memudahkan segala urusan kita, meskipun Takdir sangat Mutlak milik Allah SWT.
5. Membangun mental gagal sebagai tangga kesuksesan
Ada sebuah kata-kata bijak bahwa “setiap orang memiliki jatah gagalnya masing-masing”. Ungkapan tersebut tentu saja harus kita respon positif dengan menghabiskan jatah kegagalan kita untuk menuju kesuksesan.
Pada tataran ini bukan untuk menjadi orang yang selalu gagal, namun lebih kepada terbangunnya mental gagal sebagai tangga kesuksesan kita. Kita harus berani mengatakan gagal itu biasa dan kita akan mencobanya lagi.
Jika dianalogikan misalkan sebuah kesuksesan kita berada di tangga no 5, maka kita harus berani menganggap bahwa kita telah berada pada tangga no 1. Artinya kita menganggap kegagalan yang kita alami sebagai sebuah proses yang tidak sia-sia. Sehingga kita punya mental yang gagah untuk bersahabat dengan kegagalan itu sendiri, karena dengan demikian seseorang tersebut telah sukses untuk mengontrol dirinya sendiri dalam meraih sebuah kesuksesan.
“Artikel ini akan saya tutup dengan quote “Gagal berasal dari rasa takut yang tidak dilawan” dan jika kita ingin sukses maka jangan pernah takut untuk mencoba dan jangan pernah takut untuk gagal. Percayalah kita punya Allah yang maha kuasa untuk senantiasa memberikan takdir baik kepada hambanya yang senantiasa berusaha.”
Semoga Bermanfaat…
Pekanbaru 21-22 Juli 2022
Nur Kholis, M.Pd.