Meneladani Rasulullah SAW di Era Milenial & Digital
Islam merupakan agama yang Rahmatan Lil’alamin atau dalam bahasa yang sederhana hadirnya Islam sebagai entitas sebuah agama akan berdampak positif bagi keberlangsungan alam raya ini. Kemuliaan islam terjadi tidak hanya sebagai qadarullah namun juga didukung oleh dua faktor utamanya yaitu ajaran agama dan sang pembawa ajaran agama yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Pada ranah ajaran agama, islam telah mengakomodirnya dalam dua tema besar yaitu ajaran untuk manusia yang berkaitan dengan Allah dan ajaran manusia yang berkaitan dengan manusia. Pada kedua tema besar tersebutlah Rasulullah hadir sebagai penafsir sekaligus tauladan bagi umat islam dalam bersikap dan bertindak agar apa yang dilakukan oleh manusia sebagai seorang hamba sesuai dengan kehendak Allah SWT dan apa yang dilakukan manusia kepada manusia yang lain dapat memanusiakan manusia yang diridhoi oleh Allah SWT.
Semenjak internet mulai dapat dinikmati oleh banyak orang atau dikenal dengan istilah era milenial ada berbagai problem yang harus diwaspadai oleh umat islam, sebab hadirnya kemudahan ini ternyata juga dihadirkan sebuah kemudharatan yang setara.
Jika kita melihat kenyataan di sekitar kita pasti kita akan mendapati perilaku manusia yang semakin konsumtif dan tidak produktif lagi. Teknologi yang semakin memanjakan manusia ternyata dapat membuat banyak manusia melupakan jati dirinya sebagai makhluk lemah yang tidak berdaya, terlebih sebagai hamba Allah yang semata-mata diciptakan hanya untuk beribadah kepadanya.
Kemajuan teknologi yang sangat signifikan, hingga mengantarkannya pada sebuah era yang semuanya serba digital atau dikenal dengan era 4.0 membuat peradaban manusia semakin bergeser dalam bersikap dan bertindak.
Manusia cenderung menyebarkan berbagai macam informasi yang didapatkannya tanpa mengetahui benar dan tidaknya informasi tersebut, manusia juga semakin terlihat berkeluh kesah dalam media sosialnya atau menghujat dan berkomentar dengan nada yang yang tidak etis. Padahal apa yang dihujatnya atau yang dikomentarinya bukan ranah keahliannya.
Jika hari ini kita berselancar di internet maka kita akan banyak menemukan ahli-ahli baru dalam bidang berkomentar, namun tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni dalam mempertanggungjawabkannya. Hal demikian tentu menjadi ironis jika kita mengetahui bahwa orang-orang tersebut beragama islam.
Ajaran islam yang sangat komprehensif seolah hanya menjadi sebuah butiran debu, perangai agung Rasulullah SAW yang begitu mulia seolah hanya dijadikan cerita klise dengan ketakjuban di bawah pelupuk mata. Parahnya lagi, yang lebih menyakitkan ialah adanya sebuah anggapan bahwa apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman yang terjadi seperti saat sekarang ini.
Berdasarkan uraian di atas tentu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar kita dapat meneladani Rasulullah SAW di era milenial dan digital seperti saat sekarang ini dengan cara sebagai berikut:
Pertama, Fahami makna tersirat diutusnya Rasulullah Muhammad SAW dengan menyandang predikat khatamul anbiya wal mursalin. Analogi sederhananya ialah bahwa Allah telah menyempurnakan islam sebagai agama yang relevan dengan zaman apapun dan bagaimanapun kondisi zaman tersebut, sebab Allah tidak akan lagi mengutus Rasul atau Nabi setelah Rasulullah Muhammad SAW.
Hal tersebut berarti bahwa islam telah disempurnakan entitasnya sebagai sebuah agama dengan penerjemahnya Rasulullah Muhammad SAW. Hal ini memiliki arti bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW pada saat lampau akan senantiasa relevan dengan perkembangan zaman yang terjadi.
Hal ini juga berimplikasi bahwa jika kita mencontoh perilaku Rasulullah Muhammad SAW pada saat lampau tentu hal ini masih sangat relevan ketika kita terapkan di era milenial dan digital seperti saat sekarang ini.
Kedua, Gunakan teknologi sebagai media kebaikan. Teknologi pada dasarnya memiliki tujuan memudahkan manusia dalam beraktivitas, oleh sebab itu jika teknologi yang berkembang saat ini kita manfaatkan dalam hal-hal kebaikan seperti memanfaatkan teknologi untuk mengajak orang berbuat baik, mengajak bersedekah, menshare ceramah agama dari da’i yang kompeten, berdagang, menjalin tali persaudaraan dan hal-hal lain yang bermanfaat maka secara tidak langsung kita telah meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW.
Ketiga, Bentengi diri dalam berteknologi. Sebagai manusia yang telah dibekali dengan akal tentu kita wajib menggunakannya dengan baik, salah satunya ialah sebagai filter atas apa yang akan kita lakukan. Kita harus berfikir atas apa yang akan kita lakukan, dampak positif dan negatifnya, dampak luas dan sempitnya serta etis dan tidaknya. Tindakan preventif ini tentu akan menggiring kita untuk senantiasa berbuat dengan tetap berada dalam koridor agama dengan sangat baik. Dengan demikian secara tidak langsung kita juga telah meneladani Rasulullah Muhammad SAW.
Keempat, Memanfaatkan teknologi sebagai sumber pendukung dalam belajar. Adanya teknologi harus kita manfaatkan untuk menyerap ilmu dengan sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara membuat perpustakaan digital atau hanya sekedar memanfaatkannya.
Buku cetak yang dibanderol dengan harga yang cenderung mahal untuk dibeli oleh kita, dengan adanya teknologi tentu hal tersebut dapat teratasi dengan harga yang lebih murah bahkan gratis dengan konten isi yang sama. Maka ketika kita menggunakan teknologi sebagai sumber pendukung dalam belajar secara tidak langsung kita telah meneladani Rasulullah Muhammad SAW sebab beliau sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Kelima, Bedakan Teknologi dengan Kebebasan agar tidak kebablasan. Sebagai manusia yang berakal kita dituntut untuk dapat membedakan antara teknologi dengan kebebasan. Sebab banyak orang yang saat ini menjadi sangat latah dengan adanya media sosial, mereka menganggap bahwa media sosialnya adalah kebebasan ekspresi bagi dirinya.
Padahal di Indonesia sendiri UU ITE diadakan untuk membatasi penggunaan teknologi dalam koridor yang bernilai positif. Namun sayangnya banyak masyarakat Indonesia yang tidak memahami hal tersebut sehingga hari ini kita dapat menyaksikan banyak orang yang tidak berhati-hati terjerumus ke dalam jeruji besi karena sikap teledornya dalam menggunakan IT.
Jika kita mampu membedakan atau memahami bahwa teknologi tidak berarti kebebasan meskipun memudahkan manusia maka kita akan tergolong sebagai orang yang berhati-hati dalam bertindak serta beretika dalam bersikap maka secara tidak langsung kita telah meneladani Rasulullah Muhammad SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW, 19/10/2021