Optimalisasi Ramadhan 1443 H
Setelah sebelumnya saya bahas terkait momentum ramadhan 1443 H pada fokus pertama terkait dengan Penyambutan Bulan Suci Ramadhan, pada kesempatan ini akan saya bahas terkait fokus yang Kedua yaitu optimalisasi ramadhan 1443 H dengan memahami hal-hal berikut:
- Memahami Konsep Pembagian 10 Hari dalam Bulan Suci Ramadhan
Sahabat muslim tentu pernah mendengar potongan hadis berikut:
وَھُوَ شَھْرٌ أوََّله رَحْمَة ، وَأوَْسَطُه مَغْفِرَة ، وَآخِرُه عِتقٌْ مِنَ النَّارِ
Berdasarkan hadits di atas Allah membagi 30 hari bulan suci ramadhan ke dalam 3 pembagian besar yaitu: 10 Hari pertama adalah rahmat dari Allah SWT, 10 Hari kedua adalah ampunan dari Allah SWT dan 10 hari terakhir adalah pembebasan manusia dari neraka.
Setelah mengetahui pembagian tersebut sebagai seorang muslim tentu kita dapat terus meningkatkan kualitas ritual ibadah kita pada setiap 10 hari pertama sampai pada 10 hari terakhir semakin akhir semakin meningkat sebagaimana Rasulullah SAW memberikan contoh kepada para umatnya. Hal ini disebutkan dalam potongan hadis berikut:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim, no. 1175).
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim, no. 1174).
Fenomena yang sering kita jumpai pada masyarakat kita biasanya adalah sebaliknya yaitu semangat di awal bulan suci ramadhan dan sibuk menyambut ‘idul fitri di akhir bulan suci ramadhan hingga mengurangi kualitas ritual ibadahnya pada momentum akhir ramadhan.
Pada tahapan 10 hari terakhir ini biasanya masjid cenderung lebih sepi dari sebelumnya dan tempat-tempat perbelanjaan justru semakin sangat ramai, hal demikian adalah bukti bahwa optimalisasi bulan suci ramadhan tidak berjalan secara efektif.
Hal demikian terjadi bisa disebabkan karena ketidaktahuan seseorang terhadap pembagian 10 hari dari dalam 30 hari pada bulan suci ramadhan oleh sebab itu melalui artikel ini saya mengajak kaum muslimin mari bersama-sama kita optimalkan ramadhan pada tahun ini dengan sebaik-baiknya.
2. Mengerjakan Banyak Kebaikan Pada Bulan Suci Ramadhan
Bulan ramadhan adalah bulan yang memiliki banyak keistimewaan salah satunya ialah dapat melipat gandakan pahala manusia yang mengerjakan kebaikan dalam bulan suci ramadhan. Hal ini sejalan dengan potongan hadis berikut:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Berdasarkan hadits di atas tentu sebagai seorang muslim hendaknya kita dapat memaksimalkan potensi kebaikan di dalam bulan suci ramadhan ini dengan beberapa hal diantaranya ialah:
- Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an pada bulan suci ramadhan tentu akan dapat memberikan nilai pahala kebaikan bagi yang membaca maupun yang mendengarkannya. Membaca Al-Qur’an pada bulan suci ramadhan bagi masyarakat indonesia tentu sudah menjadi sebuah tradisi masyarakatnya yang mayoritas beragama islam.
Istilah membaca Al-Qur’an pada bulan suci ramadhan biasanya dikenal dengan sebutan “Tadarus Al-Qur’an” yang umumnya diselenggarakan pada waktu malam hari setelah selesai melaksanakan shalat tarawih. Pembacaan Al-Qur’an pada bulan suci ramadhan bukan saja dimaksudkan sebatas mencari pahala namun hal ini juga mengandung history dari Al-Qur’an itu sendiri yang diturunkan oleh Allah pada bulan suci ramadhan. Hal ini sejalan dengan ayat berikut:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِى أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadhan, (merupakan bulan) yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah/2: 185).
Selain itu momentum ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mengenalkan anak-anak terhadap Al-Qur’an itu sendiri yang notabene digunakan sebagai kitab rujukan umat islam dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan aturan yang Allah inginkan.
Alangkah sangat aneh jika suatu saat umat islam tidak akrab dengan Al-Qur’an sebab para orang tua tidak mengenalkannya dengan Al-Qur’an atau tidak memfasilitasi momentum ramadhan sebagai media pengenalan Al-Qur’an terhadap putra-putrinya.
2. Melihat Kekurangan Diri Sendiri
Sebagai seorang muslim yang baik melihat kekurangan diri sendiri atau instropeksi diri juga merupakan hal yang positif selama hal ini tidak dilakukan dengan sangat berlebihan, sebab jika dilakukan dengan sangat berlebihan maka hanya akan mengkufuri nikmat Allah ‘Azza Wa Jalla.
Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. “Hasibu qobla an tuhasabu.” Artinya, hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan yang sesungguhnya. Konsep intropeksi diri ini tentu akan dapat meningkatkan kualitas perbaikan diri pada seorang manusia itu sendiri, dengan adanya konsep ini kita cenderung enggan untuk menghina, mencemooh, mengejek orang lain sebab kita akan merasa bahwa diri kita juga belum baik dan sempurna.
Adanya proses menahan diri untuk tidak menghina, mengejek, menggunjing orang lain merupakan sebuah kebaikan yang bersifat batiniyah yang tentunya hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas diri manusia itu sendiri. Output dari adanya konsep ini manusia akan cenderung bersifat husnudzan dibandingkan bersifat suudzon dan hal ini adalah kebaikan yang juga akan mendatang pahala dari Allah SWT.
3. Menebar Kebaikan pada Orang Lain
Menebar kebaikan kepada orang lain bagi seorang muslim sejatinya tidak harus dilakukan pada bulan suci ramadhan saja, sebab bagi seorang muslim menebar kebaikan kepada orang lain adalah sebuah keharusan meskipun kepada tetangganya yang non muslim.
Akan tetapi menebar kebaikan pada bulan suci ramadhan tentu akan berdampak berbeda kepada sang pelaku kebaikan, lagi-lagi hal ini disebabkan karena memang bulan suci ramadhan adalah bulan kebaikan dengan memberikan pahala kebaikan berlipat-lipat.
Menebar kebaikan pada bulan suci ramadhan tentu hal ini bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya ialah bersedekah, bahkan Allah akan memberikan pahala yang setimpal dengan orang yang berpuasa ketika seseorang memberikan makanan atau minuman untuk berbuka puasa pada orang yang berpuasa sebagaimana hadits berikut:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192).
Senada dengan hadits di atas disebutkan dalam hadits yang lain yang berbunyi:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab badui berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984)
Selain hadits di atas Abu Bakar juga memberikan contoh yang sangat baik dalam hal berbuat baik kepada orang lain sebagaimana dinukil dalam sebuah hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, no. 1028).
Berdasarkan dasar di atas semoga kita mampu memaksimalkan ramadhan tahun ini dengan dimampukan berbuat baik kepada orang lain meskipun hanya dengan tersenyum saat bertemu dengan orang lain, berkata baik dan berhusnudzon kepada orang lain.
4. Melihat Kebaikan Orang Lain
Melihat kebaikan orang lain dalam bulan suci ramadhan akan mampu membuat kita menjadi orang pembelajar yang baik, kita dapat mencontoh kebaikan orang tersebut untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari hari, dengan demikian hal ini tentu akan berimbas positif pada perbaikan diri kita sebagai hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
Melihat kebaikan orang lain juga akan mampu mengikis rasa iri, dengki, takabur dan sum’ah kita sebab dengan mengakui kebaikan orang lain berarti hati kita dapat menerima dan mengakui kebaikan secara objektif.
Berkaitan dengan hal tersebut Allah SWT berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Jika kita melihat kilas sejarah pada masa Rasulullah SAW pada saat beliau menyebarluaskan ajaran islam yang mendapatkan penentangan dari berbagai kalangan, maka kita mengetahui bahwa penolakan tersebut tidak serta merta karena kebodohan bangsa arab yang notabene sudah sangat mahir dengan ilmu sastra dan perdagangan internasionalnya.
Penolakan atau tidak mengakuinya bangsa arab terhadap kerasulan nabi Muhammad SAW pada waktu itu juga disebabkan karena mereka tidak bisa melihat kebaikan dan hakikat kebenaran dari Rasulullah Muhammad SAW. Artinya ketika manusia tidak bisa melihat nilai-nilai kebaikan pada orang lain maka bisa jadi hatinya sedang ditutup oleh Allah, oleh sebab itu pada momentum ramadhan ini, mari kita buka hati kita untuk senantiasa dapat melihat kebaikan orang lain yang bisa kita contoh atau kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Semangat Memperbaiki Diri
Ada sebuah kata-kata bijak yang menyebutkan bahwa “sebaik-baik orang bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan melainkan orang yang dapat memperbaiki diri dan tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama”. Momentum ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk memperbaiki diri bagi seorang muslim, dalam konteks islam hal ini bisa disebut dengan taubat.
Orang yang bertaubat atau orang yang memperbaiki diri merupakan orang-orang yang masuk dalam kategori disayangi oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah [2]: 222).
Ayat di atas juga diperkuat oleh hadits Rasulullah SAW berikut:
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabbmu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim no. 2747).
Berdasarkan ulasan di atas tentu semangat memperbaiki diri memiliki kedudukan yang sangat bagus bagi seorang muslim. Semangat memperbaiki diri berarti menggunakan segala upaya untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Adanya semangat memperbaiki diri ini sejalan dengan konsep ramadhan yang notabene digunakan sebagai bulan penggodokan seorang muslim ketika nanti keluar dari bulan suci ramadhan diharapkan akan menjadi seseorang yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Sumber Gambar : https://mobile.facebook.com/ramadhan.1442/?_rdc=1&_rdr
Pekanbaru, 28/03/2022
Nur Kholis
BACA ARTIKEL TERKAIT
Guru Terbaik adalah Kegagalan
Pendahuluan Artikel ini saya tulis, bukan untuk mengajak pembaca menjadi orang-orang yang gagal, namun saya ingin mengajak pembaca untuk melihat dari sudut pandang agama islam ketika seseorang bertemu dengan kegagalan yang dihadapi dalam menggapai keinginan atau yang...
Nikmat Yang Tergadaikan
Nikmat Yang Tergadaikan Sebagai salah satu hasil produk “cah ndeso asli”, membuat saya selalu mengukur dan membandingkan setiap hal yang saya alami dengan hal-hal yang berkaitan atau yang saya rasakan ketika saya berada di kampung. Ada banyak hal yang saya tertawakan...
Makna Kehidupan yang Terlupakan
Makna Kehidupan yang Terlupakan Saat sedang melakukan maintenance printer yang biasa saya gunakan terkadang saya harus mengorbankan banyak tisu untuk mengelap tinta cartridge yang belepotan, maklum saya bukan ahlinya dalam hal tersebut, tentu resiko utamanya adalah...